Cak Guruh, si Kelana Tua, alumni E19 ITS


Ulasan kecil atas kisah hidup kawan saya:
  1. Suatu sistem dibuat oleh manusia untuk disepakati dan juga dilaksanakan secara konsisten. Namun, jika sistem itu ternyata tidak berkerja dengan baik, maka operasional sistem itu perlu diintervensi secara langsung oleh si penguasanya agar dapat kembali berfungsi dengan baik. 
  2. Kawan saya, cak Guruh jelas sudah berusaha mengintervensi suatu sistem di lingkungan tempatnya bekerja. Tapi sayang, cak Guruh bukanlah penguasa tinggi disitu. Ya... akhirnya kita tahu 'kan siapa yang harus hengkang dari sistem tersebut. 
  3. Dalam suatu sistem kerja kita tahu tidak selalu penguasa disitu benar-benar berkuasa untuk mengendalikan sistemnya. Sering terjadi yang bersangkutan akhirnya harus tunduk kepada 'penguasa tinggi' lain di luar sistemnya, yang dikenal dengan istilah 'non-playing captain'. Lihat contoh seorang kawan kita, Widya Purnama, mantan Dirut Pertamina dalam perebutan sumur minyak blok Cepu yang dikejar-kejar Exxon, perusahaan minyak Amerika. Kita semua tahu 'kan siapa akhirnya yang harus 'check-out' dari situ?
  4. Kesimpulannya sederhana. Jika penguasa/pengendali kinerja sistem di negara ini, apakah Presiden, Menteri, Dirjen, Dirut, dan lainnya tidak mau dan/atau tidak berani mengintervensi sistem yang tidak bekerja baik, paling tidak yang ada dibawah kendalinya, maka tidak pernah terjadi perubahan cepat kinerja sistem negara ini ke arah yang lebih baik. 
  5. Coba kita simak suatu terobosan baru-baru ini yang dilakukan oleh seorang Mahfud MD, Ketua MK, ketika dia mengintervensi aturan main dalam cakupan wewenangnya. Dengan berani dia mengijinkan hasil rekaman penyidik dalam kasus Bibit-Chandra diperdengarkan kepada publik. Inovasinya dalam memperbaiki sistem hukum yang gagal bekerja dengan model buka-bukaan ini ternyata cukup berhasil. Strategi ini pula yang akhirnya dipakai oleh Susno Duadji, mantan Kabareskrim Polri, untuk menilang 'pelanggar rambu' di institusinya. Mungkin karena dia sudah capek deh dengan cara tradisional. Mari kita tunggu ujungnya tiupan peluit polisi ini, hasilnya tilang atau damai. 
  6. Pada saat banyak sistem sudah tidak bekerja dengan baik, inilah satu-satunya cara intervensi yang harus digunakan baik oleh Mahfud atau Susno untuk memperbaiki kerja sistemnya. Apalagi jika para penguasa tinggi yang harusnya mengawal kinerja sistem itu tidak mau dan/atau tidak berani melakukan intervensi terhadap aturan main sistemnya, kasiaan deh lo! 
  7. Marilah kita 'back to common sense', kata seorang aktor kondang Sean Connery di iklan televisi. Peran pemerintah bagi rakyatnya adalah sebagai Pelayan Rakyat dan Penegak Hukum. Dalam aspek pelayanan masyarakat sehari-hari, coba pikirkan apakah kita sudah dilayani atau malah diperintah? Dalam aspek hukum, apakah pemerintah sudah menegakkan atau sekedar membuat peraturan saja? Barangkali ada benarnya makna kata 'Pemerintah' berarti tukang kasih perintah.
  8. Kepedulian melahirkan Tanggung-Jawab, suaminya adalah Iman. Tanggung-Jawab kawin dengan Keberanian, kemudian melahirkan Tindakan Baik dan Kasih-Sayang. Tanggung-Jawab tidak akan pernah ada jika Kepedulian tidak mau bersuami, karena dia tidak akan bisa melahirkan. Kata anak saya, dalam ungkapan ABG-nya – Itu ‘kan derita elo! 
  9. Itulah sekelumit ulasan kinerja sistem di negeri kita tercinta Indonesia, yang kata orang 'bijak' (baca pijak)  'gemah ripah loh jinawi', artinya 'gemah ripah gue sendiri, pijak sana pajak sini... kalau elo, emang gue pikirin!'
Matursuwun cak Guruh atas kisah hidupmu, insya Allah kelak waktu yang akan membuktikannya. Cerita itu insya Allah dapat mencerahkan kita semua tentang: What is the purpose of our life?

No comments: